Minggu, 17 Juli 2011

Malam Nisfu Sya'ban

oleh Pesantren Virtual pada 28 Juli 2009 jam 21:45
Berkenaan dengan malam Nisfu (pertengahan) Sya'ban ada beberapa permasalahan yang patut diketahui: Tentang keutamaan malam ini, terdapat beberapa hadis yang menurut sebagian ulama sahih. Diantaranya hadis A'isyah: "Suatu malam rasulullah salat, kemudian beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah telah diambil, karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah usai salat beliau berkata: "Hai A'isyah engkau tidak dapat bagian?". Lalu aku menjawab: "Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama". Lalu beliau bertanya: "Tahukah engkau, malam apa sekarang ini". "Rasulullah yang lebih tahu", jawabku. "Malam ini adalah malam nisfu Sya'ban, Allah mengawasi hambanya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki" (H.R. Baihaqi) Menurut perawinya hadis ini mursal (ada rawi yang tidak sambung ke Sahabat), namun cukup kuat.

Dalam hadis Ali, Rasulullah bersabda: "Malam nisfu Sya'ban, maka hidupkanlah dengan salat dan puasalah pada siang harinya, sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada malam itu, lalu Allah bersabda: "Orang yang meminta ampunan akan Aku ampuni, orang yang meminta rizqi akan Aku beri dia rizqi, orang-orang yang mendapatkan cobaan maka aku bebaskan, hingga fajar menyingsing." (H.R. Ibnu Majah dengan sanad lemah).

Ulama berpendapat bahwa hadis lemah dapat digunakan untuk Fadlail A'mal (keutamaan amal). Walaupun hadis-hadis tersebut tidak sahih, namun melihat dari hadis-hadis lain yang menunjukkan kautamaan bulan Sya'ban, dapat diambil kesimpulan bahwa malam Nisfu Sya'ban jelas mempunyai keutamana dibandingkan dengan malam-malam lainnya.

Bagaimana merayakan malam Nisfu Sya'ban? Adalah dengan memperbanyak ibadah dan salat malam dan dengan puasa, namun sebagaimana yang dilakukan Rasulullah, yaitu dengan secara sendiri-sendiri. Adapun meramaikan malam Nisfu Sya'ban dengan berlebih-lebihan seperti dengan salat malam berjamaah, Rasulullah tidak pernah melakukannya. Sebagian umat Islam juga mengenang malam ini sebagai malam diubahnya kiblat dari masjidil Aqsa ke arah Ka'bah.

Adapun apa yang sering dilakukan oleh sebagian umat Islam, yaitu Salat Malam Nisfu Sya'ban sebanyak 100 rakaat, ini tidak ada landasannya dan termasuk bid'ah. Syeikh Abdurrahman bin Ismail al-Muqaddisi telah mentahqiq masalah ini. Demikian juga tidak ada do'a khusus untuk malam nisfu Sya'ban, namun cukup dengan do'a-do'a umum terutama do'a yang pernah dilakukan Rasulullah. Jadi sangat dianjurkan untuk meramaikan malam Nisfu Sya'ban dengan cara memperbanyak ibadah, salat, zikir membaca al-Qur'an, berdo'a dan amal-amal salih lainnya.

Jumat, 01 Juli 2011

Peringatan Isra' Mi'raj di TPQ Nurul Iman

Pembicara KH Atiqudin Musthowa
Hari Rabu tanggal 29 Juni 2011 M kemarin bertepatan dengan tanggal 27 Rajab 1432 H ditetapkan sebagai hari libur nasional memperingati Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Dalam kisah Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW ini ada beberapa hal yang sangat menarik untuk direnungkan dan dicermati kembali oleh umat Islam.

Ada ribuan kitab, buku, situs dan blog yang mengisahkan peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW diantaranya dapat kita kutip dari situs Majelis Ta'lim Dzikrullah Maula 'Aidid (majlisdzikrullahpekojan.org | Kisah Isro' Mi'roj Nabi Muhammad Saw | Selasa, 13 Juli 2010 01:14).

Dalam kisah diatas yang menjadi bahan renungan bagi kita adalah mengapa Nabi Muhammad SAW 'dioperasi' hatinya kemudian 'diisi' iman, hikmah, ilmu, yakin, dan sabar ? Saat itu Nabi Muhammad SAW telah menjadi nabi memasuki tahun ke-12 tentunya mustahil dalam hati beliau ada sifat tercela dan belum berisi iman, hikmah, ilmu, yakin dan sabar. Bila hati beliau itu kotor tentunya tidak akan bisa menerima wahyu dari Allah SWT. Apakah dalam hati beliau itu 'kosong' dari iman, hikmah, ilmu, yakin dan sabar sehingga perlu 'dioperasi' dan 'diisi' oleh malaikat Jibril a.s ?

Dalam kisah diatas dijelaskan beliau menerima kewajiban 50 shalat kemudian atas saran Nabi Musa a.s sehingga berkali-kali Nabi Muhammad SAW 'naik-turun' untuk usul 'keringanan' shalat kepada Allah SWT. Mungkinkah hal ini dilakukan oleh beliau ? Nabi Muhammad SAW itu berbudi pekerti yang agung dan sami'na wa atho'na atau 'aku dengar dan aku taat'. Walau misalnya kisah ini tercantum dalam kitab hadits shahih Bukhari dan Muslim, namun bila isinya tidak sesuai dan bertentangan dengan ayat Al Quran tentunya kita akan menolak hadits tersebut.

Kesimpulan lainnya dari kisah diatas adalah pada saat peristiwa Isra' Mi'raj itulah turunnya perintah shalat lima waktu. Berarti sebelum Isra' Mi'raj, Nabi Muhammad SAW dan umatnya belum melaksanakan shalat lima waktu karena belum ada perintah dari Allah SWT. Benarkah fakta ini ?

Shalat lima waktu adalah tiangnya agama Islam. Sebenarnya di tahun pertama kenabian sudah ada perintah shalat wajib yaitu shalat Lail dan shalat lima waktu. Shalat lima waktu saat itu terdiri atas shalat Isya 2 rakaat, Subuh 2 rakaat, Lohor 2 rakaat, Ashar 2 rakaat dan Maghrib 3 rakaat. Kemudian pada waktu Isra' Mi'raj itu Nabi Muhammad SAW diberi ketetapan shalat lima waktu, bukan diberi kewajiban shalat lima waktu. Ketetapan shalat lima waktu adalah wajib, tidak bakal dirubah dan tidak bakal diganti untuk selama-lamanya. Sedangkan hukum shalat Lail itu dirubah yang awalnya merupakan shalat wajib kemudian dirubah menjadi shalat sunat.

Pada tahun 1 hijrah ada perubahan jumlah rakaat shalat lima waktu. Sebelum hijrah jumlah rakaatnya ada 11 rakaat yaitu shalat Isya 2 rakaat, Subuh 2 rakaat, Dhuhur 2 rakaat, Ashar 2 rakaat dan Maghrib 3 rakaat. Kemudian di tahun 1 hijrah bagi orang yang tidak musafir rincian jumlah rakaatnya menjadi shalat Isya 4 rakaat, Subuh 2 Rakaat, Dhuhur 4 rakaat, Ashar 4 rakaat dan Maghrib 3 rakaat; sedangkan bagi orang yang musafir kewajiban shalat lima waktu kembali seperti sebelum hijrah yaitu shalat Isya 2 rakaat, Subuh 2 rakaat, Dhuhur 2 rakaat, Ashar 2 rakaat dan Maghrib 3 rakaat.

Dalam Al Quran surat Al Muzzammil yang turun pada tahun pertama kenabian menjadi bukti bahwa shalat lima waktu telah diperintahkan kepada Rasulullah SAW dan umat Islam jauh sebelum peristiwa Isra' Mi'raj. Disamping itu dalam Kitab Jamiush Shaghir jilid I bab huruf Alif halaman 195, bersabda Rasulullah SAW : "Awalnya sesuatu yang difardhukan oleh Allah Ta'ala atas umatku ialah shalat lima (waktu) dan awalnya sesuatu yang dinaikkan dari amal mereka adalah shalat lima (waktu) dan awalnya sesuatu yang ditanyakan ialah tentang shalat lima (waktu)".

Namun perbedaan paham dalam masalah ini hendaknya tidak menjadikan pertentangan yang tajam diantara umat Islam. Perbedaan paham adalah hal yang wajar. Semua hal hendaknya dikaji, ditelaah dan dicermati dengan lebih teliti sebelum memutuskan menolak atau menerima pendapat seperti ini. Bagaimana pendapat Anda ?